The Hiatus
Mendengar Ellegarden sudah rontok.. gogrok.., gairah punk rock ala Jepang terasa berkurang nih. Apalagi bisa dibilang Ellegarden-lah yang mengenalkan musik bergenre punk rock bercampur emo khas Negeri Matahari Terbit kepada penulis. Huh.. Kalau mereka ...sekarang sudah “end”..., nggak ada karya baru lagi dong. Hiks..Hiks..
JRENG! JRENG! JRENG! Sudah cukup larut dalam kesedihan. Waktunya untuk sedikit tersenyum lagi. Kenapa? Ellegarden sudah reuni?Boro-boro reuni, bubar aja baru beberapa waktu lalu.. Bukan..Bukan itu.. Ternyata sang vokalis Ellegarden, Takeshi Hosomi bete juga nganggur terus menerus. Membuatnya tercetus untuk membuat band baru. Hah? Band dengan vokalis Hosomi?! Yup! Bener banget. Dan nama band tersebut.. The Hiatus!! Hore!!
The Hiatus.. namanya nyindir Ellegarden banget. Band ini memiliki aliran yang sama seperti Ellegarden. Emo, ,skatepunk,Punk rock ,serta sedikit alternative terpatri dalam musik mereka. Di sini Hosomi tetap berperan sebagai vokalis dan gitaris. Lalu nongol juga Masasucks sebagai lead gitar (nih orang juga pernah ikut band bernama FULLSCATCH), Ueno Koji memainkan bass (pernah jadi member band Radio Caroline), drummer digebuk-gebuk sama Kashikura Takashi, dan terakhir sebagai keyboardis Horie Hirohisa (dari Neil & Iraiza). Tuh..tuh.. Hampir semua personilnya bernasib sama seperti Hosomi, band masing-masing mengalami mandek di tengah jalan. Dan untuk mengisi kekosongan itu akhirnya mereka fusion membentuk The Hiatus. Benar-benar muka-muka lama yang membentuk band baru. Hehehe..
Kemampuan pelafalan Hosomi yang begitu melegenda di Ellegarden tidak bisa hilang begitu saja. Begitu pula dengan keahliannya dalam mengarang lagu, tetap menjadi andalan di sini. Dan karena vokalisnya seorang Hosomi, pastinya nuansa Ellegarden terasa kental banget. Ya jelas lah.. Tetapi The Hiatus tidak terlalu sering menggunakan Bahasa Inggris dalam lagu-lagunya. Malah bisa dibilang dominasi Bahasa Jepang lebih kental di sini. Mereka juga mencoba menambah warna musik mereka dengan memasukkan unsur piano yang terasa di banyak lagunya. Berbeda dengan di Ellegarden yang jarang sekali menggunakan jasa instrumen satu ini. Bisa dirasakan di lagu “Ghost in the Rain”. Intro piano yang benar-benar menggambarkan suasana seolah di tengah hujan. Nuansa nge-beat tidak terlalu ditonjolkan di sini. Reff-pun tidak terasa punk banget. Lebih santai dengan suara Hosomi yang tidak terlalu memainkan nada tinggi, tapi tidak mengurangi gereget musik The Hiatus.
“Centipede” serta “Lone Train Running”, menunjukkan bahwa The Hiatus memang serius bergerak di jalur emo-punk. Kemasan yang dibuat mewah mirip Ellegarden dibumbui skill keyboardis yang lihai memainkan jari-jari tangannya, membuat keduanya pantas menjadi trek andalan. “Konpeki no Yoru ni” kembali menjawab harapan pecinta musik aliran ini dengan suguhan musik kualitas tinggi dan tetap mengandalkan keceriaan suara Hosomi. Pada “Storm Racers”, tensi tubuh seolah dibuat berpacu terus menerus dengan drum yang memukau. Tidak kalah pula teknik gitar nan piawai dipamerkan di lagu ini.
Diawal “My Own Worst Enemy”, pertunjukkan yang mantap dengan suara Hosomi yang terkesan serius menghiasi. Nada-nada yang agak rendah berani dimainkan di sini dengan tempo cenderung tinggi. Dan saat memasuki reff, kita dibuat sedikit rileks dengan kekuatan liriknya dan permainan instrumen yang seolah memberi kekuatan dari belakang agar kita berani menatap masa depan (Hah.. sok banget omongannya).
Ngantuk? Nih dengerin aja “Notes of Remembrance”. Makin lama denger bakalan tidur loh. Suasana lagu yang terasa monoton dan gitu-gitu aja. Ditambah lagi Hosomi yang nggak terlalu ngotot plus pemilihan instrumen pendukung yang pas. Wuih.. ajib seajib-ajibnya. Nah, apalagi kadang terdengar suara samar-samar seperti buku yang lagi dibalik-balik halamannya gitu. Huaammm.. Makin ngantuk aja rasanya.. Lalu ada juga “Twisted Maple Trees”.. Aduh duh... bener-bener merinding nih.. melodi-melodi patah hati dan kehilangan semangat hidup.. Penyesalan yang begitu dalam tergambar jelas melalui lirik-lirik yang dilantunkan Hosomi. Temanku (sebut saja E) ,salah seorang penggila Ellegarden pernah bilang dan menyangka kalo nih lagu merupakan bentuk dari penyesalan Hosomi nggak bisa mempertahankan Ellegarden. Hmm.. Really?? Menarik juga tuh...
Semua lagu di atas enak kok. Tapi tetap tidak ada yang menyaingi kehebatan lagu “Unicorn”. Lagu easylistening, cocok didengarkan di setiap waktu dan suasana apa pun. Dentingan piano yang memesoan dari awal. Laksana berada di malam hari dan menatap bintang-bintang. Ditambah lagi penggunaan drum dengan teknik march. Wuhh… Nuansa keindahan langit malam langsung terasa deh. Suara Hosomi oke banget deh. Sedikit parau dipadu dengan nuansa lirih. Pas reff kerasa banget kok. Cocok didengarkan di malam bersama teman-teman sembari mengingat kenangan indah di masa lampau.
Nah.. The Hiatus bisa menjadi alternatif lain bagi pecinta musik Jepang. Pastinya, The Hiatus bisa memikat dengan musiknya yang nggak kalah menakjubkan. Maju terus dan jayalah The Hiatus!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar