Sabtu, 07 Januari 2012

Depapepe, Dua Dewa Akustik



Punya TV? Sering nonton TV? Lho..kok tanyanya malah soal televisi sih.. Nggak papa dong. Terserah yang nulis. Kembali lagi ke TV, kadang-kadang sering menjumpai acara dokumenter atau petualangan tertentu ‘kan? Nah.. biasanya tuh ada lagu-lagu pengiring yang sering terdengar. Dan dengarkan baik-baik, kadang ada beberapa lagu yang hanya memainkan instrumen dan memiliki melodi yang indah melalui  sentuhan gitar akustik. Nah! Itu tuh! Itu tuh! Biasanya itu yang digunakan lagunya Depapepe!! Bisa dibilang kita sering sekali mendengarkan lagu dari band satu ini, tetapi nggak tahu siapa yang membawakannya. Hiks..hiks.. Mirisnya kita..
Oke deh.. Segitu dulu pembukaannya.. Geje banget loh. Hehehe... Depapepe, nama ini pasti sering banget diomongin sama gitaris-gitaris dari kelas bulu hingga kelas welter ( emang ini tinju? -_- ). Maklum lah, permainan gitar akustik yang dibawakan Depapepe benar-benar bisa membius setiap orang. Hingga banyak banget gitaris yang pingin nyoba-nyoba lagu mereka.
Loh.. nih band nggak ada vokalisnya?
Haha.. Bener banget dugaan Anda. Depapepe yang dibentuk tahun 2002 ini memang hanya membawakan musik secara instrumental saja. Tidak memiliki vokalis loh. Tapi walau begitu.. justru inilah yang menjadi kekuatan dan kelebihan Depapepe. Dimana biasanya banyak lagu instrumen yang terlihat hampa karena tidak memiliki vokalis. Namun Depapepe mampu membuktikan bahwa  tidak semua musik instrumen itu di nomorduakan. Fuih.. mari angkat topi untuk Depapepe! Keberanian mereka untuk bermain di jalur yang agak berbeda inilah yang malah membawa keberhasilan. Miuya Takuya dan Tokuoka Yoshinari, dua personel Depapepe, cukup menggunakan gitar akustik untuk menggetarkan dunia. Terkadang balutan instrumen lain seperti piano dan harmonika turut dimainkan. Walau tetap mengandalkan gitar sebagai senjata utama.
Untuk urusan mengeluarkan lagu, Depapepe salah satu yang paling rajin. Album mereka sekarang pun sudah ada banyak. Lagu-lagunya pun memiliki nuansa yang selalu baru disetiap album. Bahkan, tahu lagu Canon in D dari musisi terkenal Pachebel ‘kan? Lagu yang pada awalnya sedih itu mampu digarap sedemikian rupa oleh Depapepe dan malah jadi agak ceria. Lucu pokoknya. Nasib yang sama juga menimpa Air in G yang malah bisa bikin goyang di tangan Miuya plus Yoshinari.
Depapepe mampu membumbui setiap lagunya dengan baik. Sehingga pendengar dapat meresapi dan membayangkan suasana tertentu dari setiap lagu. Hmm.. Mantep kan? Judul-judul lagu yang diberikan pun bisa dibilang selalu tepat dengan ritme musiknya. Misalkan dalam “Breeze”. Kita seolah-olah dibawa menikmati sepoi angin yang menyapa rambut. Seperti berada di bawah pohon nan teduh dan bersantai tanpa beban apapun. Pada “Half Moon” juga membuat pendengar bagai berada di tengah lapang luas sembari menatap langit malam dengan rembulan menghiasi. Irama yang dihasilkan lagu ini memiliki nunasa agak serius dan sedikit berat. Tapi tetap menunjukkan musik Depapepe yang santai dan simpel.
“Beautiful Wind”, membawa kita merasakan keindahan alam dengan nada yang begitu ceria. Ditambah lagi suara efek seperti orang meniup peliut membuat lagu ini cocok didendangkan saat berkumpul bersama sahabat-sahabat tercinta. “Summer Parade” memiliki permulaan yang sedikit slow. Tapi semua akan berubah begitu memasuki pertengahan hingga akhir. Laksana meminta kita untuk bangkit setelah menghadapi hal yang tidak diinginkan. “Kitto Matta Itsuka”, nih lagu joss banget! Permainan gitar yang santai dengan nada-nada yang seolah mengalir alami laksana sungai. Cocok juga dijadikan teman tidur. Bagian reff-nya itu sungguh mau bikin tidur aja. Dan menurutku, lagu ini bisa pula jadi peneman perjalanan di dalam kendaraan umum. Pasti keren kalo tukang ngamen akustikan lagu Kitto Matta Itsuka. Mirip-mirip juga dengan “Time”. Membuat kita terlena dan bisa memejamkan mata.
“Wedding Bell”, memberikan suasana yang sedikit menyayat hati. Malah membuat kita bisa menghela nafas pada bagian reff-nya. Nuansa sedih sudah terasa sejak detik pertama, dan memasuki klimaks pada reff tentunya. Terutama saat nada gitar semakin lama semakin tinggi. Uhh.. Laksana manusia yang ditinggalkan kekasihnya pergi dengan orang lain. Hiks..hiks…
Ada yang namanya “White Flowers”. Tidak seperti kebanyakan yang memilik intro dengan gitar saja. Pada lagu ini kita disuguhi dengan permainan piano yang mendayu-dayu. Jadi ingat lagu Sen no yoru wo koete-nya Aqua Timez. Setelah itu, permainan solo gitar yang apik dipertunjukkan, dan semakin lama duo gitaris menunjukkan aksinya bersama dengan iringan piano yang tidak kenal lelah.
Nah, setelah agak sedih-sedih, “Fun Time” membantu kita untuk kembali menemukan semangat dan kegembiraan. Sesuai judulnya, lagu ini sangat enak diperdengarkan dikala hati tengah berbunga-bunga. Sedangkan “Over the Sea” mengingatkan akan lingkungan pantai dan laut yang indah dan memesona mata.
Terus ada juga “Sakura Mau”. Sekitar empat puluh detik pertama, kita dibuat agak berleha dengan melodi yang bertempo rendah dan tidak terlalu banyak perubahan nada. Tetapi selanjutnya, kita malah bisa dibuat bergoyang dengan nada-nada yang cepat dan pas. Apalagi momen ketika Miuya berpindah dari rhythm jadi melodi sedangkan Yoshinari sebaliknya. Keren banget deh..
Hmmm… Lagu favorit ?
Satu-satunya yang mampu mengisi best song dari Depapepe, tidak lain yaitu “Kazemidori”. Entah kenapa, setiap kali mendengarkan lagu ini, pikiran dan hati merasa terluka saja. Tetapi juga memancarkan rasa semangat dan tidak mudah menyerah. Jadi, bisa dibilang seperti lagu motivasi bagi mereka yang tengah mengalami keterpurukan. Membuat kita untuk bangkit kembali walaupun keadaan sekitar tidak mendukungnya. Itulah yang sepertinya ingin disampaikan Depapepe lewat Kazemidori ini.
Masih banyak lagi kok, lagu-lagu Depapepe lain. Ini tadi hanya sebagian kecil saja lagu yang kusuka. Nggak perlu ragu untuk mencoba mendengarkan band satu ini. Walau nggak ada vokalisnya, Depapepe tetap mampu menyampaikan keinginan dan harapan mereka lewat nada-nada ciamik menggunakan instrumen gitar. Ayo! Go instrumental! Go Depapepe!!

OCEANLANE, Ride The Wave!!


Ini dia salah satu band Jepang yang menggunakan lirik-lirik berbahasa Inggris dalam lagunya. Titel band aja Oceanlane. Tuh ‘kan udah namanya bernuansa Barat begitu. Masa’ lagunya nggak pake bahasa Inggris? Hahaha…..
Oke deh.. Oceanlane sendiri berdiri di Jepang (ya iyalah.. ),tepatnya di Tokyo pada tahun 2001. Wah..wah.. Sudah cukup lama juga ya.. Lebih dari sepuluh tahun nih. Penggagas dari Oceanlane adalah dua sekawan Hajime Takei (sang vokalis dan gitaris) serta  Kay Naoe ( lead gitaris). Hmm.. kalo dilihat baik-baik si Kay ini wajahnya nggak oriental banget ya.. Maksudnya bermuka bule gitu.. Kulitnya putih dan rambutnya ikal-ikal gimana gitu. Mungkin saja dia itu blasteran ato emang orang Western yang nginep di Jepang. Malah jadi mirip Rindaman di Crow Zero. Wkwkwk.. Kemudian, bergabung juga dua personil lain, yaitu Takeshi Horikoshi (bassis) dan Masashi Shimada (drummer). Terbentuk formasi top markotop Ocenlane yang siap melawan formasi 3-4-3 Pep Guardiola (Lho..!! Kok malah ngomongin bola! Idiot banget!!). Ah.. OOT!!
Band ini memilih musik rock sebagai genre utama. Tapi secara permainan musik yang diperdengarkan lebih ke arah alternative, serta ada unsur pop yang kental di dalamnya. Dan lagi mereka tidaklah menggunakan pure rock kok, bisa dibilang slow rock. Suara Takei yang lembut dan perpaduan instrumen yang terasa easylistening tanpa membuat gaduh telinga menjadi buktinya. Malahan sering sekali nada-nada akustik nongol lho..
Bisa didengarkan pada “Absent In The Spring”. Awal saja malah dibuat ngantuk dengan genjrengan akustik gitar yang oke. Suara Takei yang kagak ada sense rock-nya mampu menghipnotis pendengar untuk bertahan hingga detik akhir lagu. Oceanlane bermain agak cepat di  “Bittersweet Ending”. Gebukan drum menyambut kita, dilanjutkan dengan bass yang tiada henti dan terdengar simple but deathly. Tapi tetep saja unsur rock yang heavy banget nggak terasa.
Mendengarkan “Enemy” dan “My Wristwatch”, lagi-lagi tidak jauh berbeda dengan lagu pertama tadi. Gitar akustik, sejuknya vokal, nada-nada yang tidak ngotot menjadi jurus andalan. Nggak kalah similar pula sama “Name”. “Fighter Pilot” kemudian mencoba memberikan sesuatu yang baru. Intro yang catchy dengan background suara damai piano dilanjutkan transisi menjadi penuh semangat kemerdekaan 45. Keseluruhan lagu ini pun memadukan instrumen yang agak nge-beat dengan suara Takei yang justru malah santai banget..
Haha.. Di “Get BacK” nunasa pop rock terasa oke loh.. Drum dan rhtym gitar yang mengobrak-abrik di awal dengan irama agak statis tapi membuka kemantepan nih lagu. Ditambah lagi Horikoshi dengan dentuman bass dashyat-nya sukses membuat kaki tanpa sadar bergerak-gerak sendiri mengikuti alunan musik. Keberadaan backing vokal yang sering kali muncul menghantui suara utama Takei pun menjadi kelebihan lagu ini.
Nah, “Good Night My Blue Sapphire” sekali lagi menunjukkan kehebatan band ini merancang musik yang ramah di telinga dan cocok menemani tidur. Hanya mengandalkan piano sebagai pendamping vokal cukup memberi gambaran betapa slow-nya lagu ini. Tempo lambat makin melengkapi suasana ngantuk di sini.
Rentetan bunyi drum seperti di lagu Melompat Lebih Tinggi S07 menjadi intro “Here It Comes”. Didukung dengan melodi gitar yang sudah unjuk gigi di awal menyempurnakan  suasana lagu yang agak kelam di sini. Kalau pingin dengar mantebnya bass di intro, terdapat opsi di  “Look Inside The Mirror” dan “Light Up My Soul”. Nuansa ringan khas Takei beserta irama drum bersatu padu dengan suara menggaung piano. Melengkapi asyiknya bagian reff.
“Ride The Wave” dibawakan lebih bertenaga dan nggak sepi instrumen.Walau di pembukaan hanya diperdendangkan dentingan piano saja, tapi segera dikombinasikan dengan alat musik lain yang makin buat lagi makin moncer aja. Reff-nya enak banget. Nada tinggi yang dimainkan Takei bear-benar menggambarkan keinginannya untuk mengendarai ombak penuh kebebasan (Hah.. lagi-lagi omongan geje nongol lagi. Hehehe..). Kalau yang agak sejenis sama ini ada juga, judulnya “The Sun”. Lagu yang ceria , nge-beat juga tapi rada alternative, listen to “Walk Along”. Okee banget sebagai teman dikala sedang merasakan deru angin menerpa wajah kita. Hehehe..
Oceanlane yang walau dibilang di diskografi bermain di rock, tetapi realita di musik memang nggak full rock ‘kan? Sentuhan pop tidak bisa diabaikan saja di sini. Tipikal suara Takei yang polos tanpa beban dan lebih cocok untuk bermain di pop ataupun alternative sangat dimaksimalkan betul lho.. Pantes saja lagu-lagunya nancep terus tanpa menyakiti telinga dengan teriakan atau efek-efek aduhai para rocker sejati. Nih, Oceanlane bisa jadi band alternatif kamu yang menyukai musikalitas Yellow Card maupun All-American Rejects. Seru deh..!!

Coldrain, Nothing Lasts Forever!!



Pernah denger nama band satu ini?  Coldrain.. Coldrain? Namanya cukup familiar di telinga Anda? Eh.. Band satu ini sama sekali nggak memiliki hubungan darah apapun dengan Coldplay loh.. Meski sama-sama Cold, mereka memiliki markas yang berbeda. Kalo Coldplay ‘kan di Inggris sono noh. Nah si Coldrain ini justru berasal dari Jepang. Hah.. Jepang? Jadi ini band Jepang? Ya iyalah! Masa band Indonesia! Mikir pake’ otak dong, kaki sudah buat nendang!!
Ahh.. maaf atas kegejean sejenak di atas. Kembali ke Colplay eh.. Coldrain. Band yang memulai debut pada tahun 2008 ini memiliki lima personil. Masato yang berada di posisi vokal, Sugi dan YKC (nama yang aneh…) memainkan gitar, Katsuma tukang gebuk drum, dan RxYxO yang siap sedia sebagai bassist. Walau kayaknya, ada dua nama yang rada-rada membingungkan kayak gitu, tapi tenang aja. Orang-orangnya masih normal kok. Hehe. Yang agak bikin putar otak tuh wajahnya si Masato sang vokalis. Bener-bener pure Barat banget!! Apa dia itu orang dari Amerika yang lama tinggal di Jepang? Entahlah..
Coldrain mengusung panji-panji musik rock berbalut metal. Dan bagi yang suka sama suara yang scream, nih band patut didengerin loh. Suara Masato pas teriak-teriak nggak karuan bisa diacungi jempol kok. Dan dengan semangat metal yang dibawakan Coldrain ini, nggak heran ada beberapa lagu yang berhasil menjadi soundtrack anime, seperti lagu We’re not alone yang jadi OP Rainbow juga 8am untuk ending anime Hajime no Ippo. Lagu-lagu lain yang nggak jadi OST pun nggak kalah mantep kok.
Perkenalan pertama dengan Coldrain terjadi gara-gara game. Game ? Bener banget.. Tidak lain tidak bukan yaitu Pro Evolution Soccer 2011. Nah, biasanya kan sering kedengeran tuh berbagai lagu yang ngisi di PES edisi ini. Dan ada satu yang membuat penulis tertarik. Lagu menghentak diawal dengan teriakan-teriakan tak karuan di tengah-tengah. Setelah dilihat-lihat, ternyata judul bandnya Coldrain dengan lagu Die Tomorrow. Kesan awalnya, wah nih lagu asyik banget! Tipe lagunya mirip openingnya Bleach yang D’Tehcno Life gitu. Makanya suka...
Mulailah penggalian informasi tentang Coldrain dimulai. Pertama yang buat kaget : Coldrain adalah band Jepang!! Wah, awalnya sempet ragu sampai ngucek mata berkali-kali. Beneran nih band dari Jepang?! Ternyata memang itu jawabannya. Nggak terduga banget.. Suara vokalisnya tuh full Barat banget.. Nggak ada getaran Jepang sama sekali di suaranya. Liriknya aja semua bahasa Inggris. Apalagi permainan instrumennya pun tampak berkiblat ke Barat. Sungguh fakta yang mengejutkan ya…
Album terbaru mereka, Nothing Lasts Forever diluncurkan pada tahun 2011. Isinya..hmm.. sudah pasti membuat tubuh jingkrak-jingkrak dong. Diawali dengan “After Dark” yang langsung menggebrak dengan drum yang sangar dan looping melodi gitar nan gayeng. Bagian reff-nya tidak ketinggalan juaranya. Dengan sedikit sentuhan backing vocal scream, semakin menambah suasana metalnya saja. Lalu ada “Stuck”. Tuh lagu intronya sedikit agak-agak dangdut-rock gimana gitu. Nah, pas bagian ini gitarnya mantep banget kok. Solo melodi yang maen di tengah-tengah pun menambah meriah nih lagu. Sayangnya di sini nggak ada bagian scream-scream-nya. Tapi nggak apa-apa kok. Sense of metal & rock-nya tetep keluar.
Selanjutnya terdapat “The Youth”. Masato langsung unjuk suara di awal lagu. Membakar semangat para pendengar. Lagu yang agak pemberontak sih, sealiran model Captain Jack gitu. Oke deh. Pada “We’re Not Alone”, langsung nih nongol suara teriakan alias scream-scream sejak awal lagu. Sudah bisa diduga lagu ini bakalan keras banget. Tetapi pada bagian reff malah sedikit mengendur, sedikit rock bercampur pop kalo dibilang. Dan justru itulah yang malah membuat lagu menjadi menarik. Yang paling mantap tentu saja “Die Tomorrow” dong. Porsi scream yang nggak terlalu banyak maupun sedikit berhasil menyempurnakan lagu dengan baik. Perpaduan instrumen pendukung vokal Masato benar-benar terasa menghentak-hentak di sini. Dan di tengah-tengah lagu, tempo bisa diubah menjadi lambat dengan suara vokalis yang bertransformasi jadi melow. Dan seketika pula bisa langsung berubah menjadi scream mode lagi. Fuih.. Plok! Plok! Plok!
Mau yang slow? Jangan salah, Coldrain pun mahir membuat lagu yang pas buat nangis-nangis. Namanya “Miss You”. Wuhh.. Dari judulnya ada udah bikin berlinang air mata (lebay..lebay!!). Intro gitar akustik berkombinasi dengan vokal Masato langsung memanjakan telinga. Rasanya ogah dulu ganti lagu. Disusul dengan permainan drum secara marching yang menambah suasana kepedihannya. Skill bass yang dimainkan benar-benar terasa banget feel-nya.  Begitu masuk reff, perasaan merindukan seseorang dari lagu ini semakin menjadi-jadi saja. Apalagi mengingat vokal Masato yang biasanya teriak-teriak lalu nyanyi lagu kayak gini. Malah ini yang menjadi nilai lebih “Miss You”.
Secara garis besar, baik kamu pecinta musik jepang maupun bukan. Nih band pantas dijadiin playlist di komputer ato hape kok. Vokal dengan bahasa Inggris yang fasih, karakterisasi suara Masato, instrumen yang mantap, serta sense of Japan yang bisa dibilang sedikit sekali, bisa membuat Anda tertipu jika band ini ternyata band Jepang. Namun, disinilah letak asyiknya Coldrain. Mereka mampu mengusung musik yang mereka sukai tanpa terpengaruh dengan kondisi lingkungan musik yang secara geografis berada di Negara Matahari Terbit. Oke… Pokoknya nothing lasts forever!! 

Local Sound Style, Pesona Musik Pop Punk Jepang!!



Jarang banget kita temui band-band Jepang yang memainkan genre musik alternative pop punk. Bukannya nggak ada sih, cuma saja keberadaan band beraliran yang agak berbeda dari musisi Jepang kebanyakan jarang diekspos. Memang, kebanyakan mereka memilih jalur indie, nggak heran juga sulit mencari infonya. Aduh...
Kalau membicarakan band Jepang dengan aliran pop punk yang juga ke arah emo-punk, nama Ellegarden pasti mencuat di urutan teratas. Yup! Fans musik Jepang  berstadium akut pasti nggak bakalan nggak tahu deh sama Ellegarden ini…
Eitt!! Tunggu dulu, sekarang bukan waktunya membicarakan Ellegarden (‘Kan sudah ada di-postingan sebelumnya..). Now.. say hello to Local Sound Style! Setelah melalang buana ke berbagai forum nasional hingga internasional, tanya Mbah Google siang malam tak karuan.. tiga kali puasa tiga kali lebaran nggak pulang-pulang.. Ehmm.. (maaf, kebawa suasana…), akhirnya nemu juga band yang agak-agak mirip dengan Ellegarden. Mirip dalam arti genre musiknya lho.. Bukan njiplak kayak banyak musisi negeri kita loh.. Pokoknya hati berbunga-bunga deh. Secara genre musik punya Ellegarden-lah yang jadi favorit penulis. Membuat Local Sound Style pun mendadak menjadi menu wajih di playlist deh.. Mengikuti Ellegarden yang telah dahului mengguncang dunia. Ellegarden!! Ellegarden!! Wah..panjang lebar malah kok lebih ngomongin Ellegarden ya..? Padahal judulnya aja ‘Local Sound Style’.Hehe.. sorry ya lah..
 Yup kita mulai..(telat banget..) !!
Local Sound Style.. Nama band yang agak unik nih.. Kirain dulu nama tempat penyewaan sound system ato apalah.. Tapi namanya yang agak nyeleneh inilah yang membuat penulis jadi penasaran juga. Apalagi dari berbagai forum yang ada bilang kalo nih LSS genre-nya agak Alternative., dan bisa menjurus ke Emo Rock sampe Punk.. Wahh.. langsung keinget Ellegarden deh.. Nggak mau buang waktu dan uang karena lagi di warnet, penulis segera mendownload saja lagu-lagu LSS dari situs gratisan mp3. Hehe.. maklum orang Indonesia kok… Semakin gratis semakin laris..
Band ini sendiri digawangi oleh Masahiro Araseki yang megang gitar sama jadi vokalis. Suaranya jernih loh. Agak mirip suaranya vokalis Ellegarden nih.. Ato emang semua band emo-punk suaranya kayak gini ya? Hehe.. Ada juga si Yusuke Goto yang megang gitar. Biasanya doi nih yang maenin melodi. Terus Takayuki Kurotaki di bagian bassist. Plus Kosuke Saito sang penabuh drum. Kombinasi empat orang ini-lah yang berhasil menelurkan karya berupa lagu-lagu yang nendang abiss penuh semangat emo ber-powerpop.
Lagu pertama yang mencok di telinga yaitu “Changes”.. Fuih!! Dari detik pertama langsung disuguhi permainan gitar dan bass yang mantap.. Sampai reff pun nadanya yang semakin naik makin bikin goyang saja. Apalagi suara vokalisnya yang halus tapi tetep masuk di lagu. Mantapp!! Nih band memang nggak salah masuk dalam playlist!! Beberapa lagu lain pun juga memiliki konsep sama, menghentak di awal dan menawan di reff, seperti, “Declaration”, Don’t Look Back On Winding Road”,”Get Out”, “Take Me to The Place”, dan sebagainya.
Tapi nggak semua lagunya menghentak melulu dan rame kok. Beberapa lagu ada yang dimainkan dengan santai. Meski santai tetap nggak menghilangkan sense of Emo-Punk yang ada. Dan biasanya kalo band genre kayak gini buat lagu rada slow pasti mantep!! Dan bener juga dugaan sang detektif ini. Contohnya pada lagu “Another Day” dan juga “Live Forever”.
Untuk lagu favorit, pilihan penulis jatuh pada “Starting Over”! Keren ajib deh.. Lagu diawali dengan slow dengan alunan instrumen yang mendayu-dayu.. Awalnya nih lagu bakalan melow abis sampe akhir.. Eh ternyata acara melow-melow tadi Cuma sesaat sejenak. Langsung setelah itu dihajar dengan hentakan drum plus skill sang gitaris yang cihuy deh.. Bagian paling asyik pastinya di tengah-tengah tuh.. Musik lagu ini sendiri kesannya jauh dari rasa monoton. Cocok buat mengenang masa-masa sekolah nih..
Oke!!.. Dengerin baik-baik deh nih band. Tenang aja.. nggak usah takut nggak paham bahasanya. Soalnya Local Sound Style menyanyikan lagu-lagunya dengan bahasa Inggris semua. Judul lagu aja Inggris, nama album Inggris juga. Nama band jelas-jelas dari bahasa Ingggris pula.. Dan bisa dibilang Araseki sang vokalis memiliki pelafalan yang sangat baik, sehingga kita lebih mudah memahami liriknya (kecuali yang nggak bisa bahasa Inggris..hiks…hiks.. kasian deh). Curiga kalo nih orang anak blasteran..
Bereslah.. segitu dulu postnya soal Local Sound Style ini.. Pokoknya dengarkan dan rasakan semangat Alternative sampai Emo yang mantep dari band Jepang satu ini. Nggak nyesel deh..

HOLIDAYS OF SEVENTEEN, PowerPop Band OK!!



Ah.. Satu lagi nemu band Jepang yang agak alternative dan powerpop. Sebuah genre yang lumayan sulit dicari untuk band Jepang. Wah..kebetulan banget nih! Nggak mau menunggu musim hujan tiba, langsung saja deh lagu-lagu Holidays of Seventeen dicari dan didownload!
Arrghh… Masalah pun datan. Susah banget nyari tuh lagu dimana-mana. Bahkan mp3***** yangj jadi andalan dan biasanya segala musik ada pun nggak berhasil nemuin nih band. Seolah-olah keberadaan band ini seperti dipandang sebelah mata di berbagai tempat download gratisan. Beuh…Beruntung setelah cari hampir putus asa dan mau nangis (cengeng banget!!),  berhasil juga mendapatkan lagu-lagu band satu ini gara-gara forum terbesar se-Indonesia.. AH.. lega rasanya.
Oh.. Sebelum itu kita kupas sebentar yuk tentang band ini. Holidays of Seventenn, atau biasa disebut juga H017 merupakan band yang dibentuk di Fukuoka, Jepang pada tahun 2004. Wah, sudah hampir delapan tahun dong umurnya. Membernya yaitu ada Taro Mura di vokalis dan gitaris, Kota Nakahara pada gitar, YO-PEI Ikari sebagai bassis, Mutenoshi Nakayam yang main Drum, serta Yomogi Yamashita sebagai keyboardis. Dan jalur power pop menjadi pilihan hidup band satu ini. Banyak yang bilang musik mereka mirip-mirip ama Weezer gitu. Emang bener sih, apalagi keduanya punya genre yang sama. Tetapi H017 tetap mampu menunjukkan ciri khas mereka kok.
Beralih ke lagu, pertama kali denger yang “Hey, Scissorman!”. Lagunya santai dan ceria. Pemilihan nada yang baik di bagian reff, membuat pendengar serasa terbawa ke alam H017. Bagian agak lucu yaitu pada bridge. Menjelang reff, sang vokalis biasanya akan teriak ‘Oh no!’ dengan suara agak melengking kocak gitu. Hehe. Untuk permainan instrumennya sendiri, benar-benar powerpop dengan sentuhan agak seperti reggae, tapi sangat sedikit kok. Cuma sekilas doang..
Di lagu “You and Me” kita lagi-lagi dibuat santai dengan iringan gitar akustik saja. Suasana sedikit semangat kembali muncul di lagu “Dum Spiro”. Konsep yang hampir sama dengan Hey, Scissorman! Kemudian di “Jab As Beginning”, dibuka dengan intro melodi gitar yang santai disusul dengan drum beserta bass yang terasa banget di bagian verse.
“Therefore It Goes Like This” disebut-sebut oleh penulis sendiri sebagai lagu yang paling oke dari H017. Memilih memainkan lagu secara slow dan hati-hati sejak awal, H017 berhasil menunjukkan kelebihan dari lagu ini di bagian reff yang terasa begitu spesial dengan nada yang enak didengar. Diakhiri dengan teriakan panjang sang vokalis. Lagu yang cukup sedih meski dalam balutan instrumen komplet yang bermain atraktif.
Fuih.. lagu-lagunya benar-benar cocok buat bersantai. Agak sedikit berbeda sih dengan Ellegarden. Nggak nemu lagu yang bisa bikin lari lalu nendang orang kayak Monster-nya Ellegarden. Nggak apa lah, H017 bisa membuat warna sendiri dengan power pop yang mereka usung. Mungkin kesamaan band ini dengan Ellegarden ialah kedua vokalis sama-sama memiliki pelafalan bahasa Inggris di atas rata-rata orang Jepang. Selan itu, setting Jepang pun nggak begitu terasa di lagu-lagu H017. Moga aja nih band terus berkarya dan menelurkan lagu-lagu yang easylistening lainnya.

Ellegarden, Legenda Pop Punk Jepang!!

Ini dia!! Band emo-pop punk favorit ane!! Nggak banyak basa-basi deh. Hehe… Bisa dibilang juga Ellegarden ini sebagai kiblat musik-musik beraliran sejenis di Jepang. Maklum lah, kehadiran mereka sejak 1998 silam telah mampu mengguncangkan dunai musik Jepang.  Musik atraktif, penampilan personil yang gaul, dan enerjik menjadi ciri sendiri Ellegarden. Style yang kasual dan easygoing benar-benar ditunjukkan dalam penampilan mereka. Musik-musiknya terasa hidup dengan sentuhan khas anak muda yang bandel.  Maka nggak heran, namanya sangat digaung-gaungkan di sana, terutama bagi para underground yang haus akan lagu-lagu emo punk seperti ini.
Sebenarnya seberapa mantep sih Ellegarden ini?
Hahaha.. Pertanyaan konyol yang dilontarkan mereka yang masih asing sama nih band. Huh.. Tapi, maklum deh. ‘Kan pada belum kenal.Tidak perlu dijawab dengan kata-kata, cukup putarkan lagu Ellegarden saja, maka pertanyaan itu sudah mampu terjawab. Fuih…
Ellegarden sendiri digawangi oleh empat cowok keren yang Jepang banget. Ada Takeshi Hosomi diposisi Vokalis dan Gitaris, Shinichi Ubukata sebagai Gitaris, Yuichi Takada menempati bassis, dan Hirotaka Takahashi menjadi drummer. Cukup dengan empat orang inilah, Ellegarden hidup dan mewarnai belantika permusikan Jepang, bahkan hingga ke luar negeri. Sudah ada banyak album yang dikeluarkan. Itu belum termasuk beberapa album kompilasi dan mini album. Wuhh..
Sebagai band yang beraliran emo-punk dan kadang menyentuh alternative rock, Ellegarden banyak mengandalkan permainan instrumen yang powerfull dan terasa full mengisi lagu. Sedangkan untuk bagian vokal, Hosomi telah memiliki suara yang seusai untuk bertarung di genre ini. Ditambah lagi, lirik-lirik yang terkadang berpadu antara Jepang dan Inggris pun menjadi daya pikat yang mantep deh. Apalagi, pelafalan Hosomi untuk lirik-lirik bahasa Inggris sungguh OK! Enak didengar, terasa natural dan nggak dibuat-buat, hal yang membuat nilai plus lain dari Ellegarden. Bahkan banyak pula lagu yang full English dan memiliki sense yang Barat banget. Nggak kebayang kalo nih yang nyanyi orang Jepang..
Ellegarden pun sangat mahir meracik setiap lagu, sehingga masing-masing memiliki kekuatan tersendiri dibandingkan yang lainnya. Selalu muncul suasana baru yang mampu diberikan Ellegarden di setiap lagu. Misalkan “Marry Me” yang mengandalkan kekocakan lirik menggelitik, “BBQ Riot Song” yang terasa feel perpisahannya tetapi dibuat nyeleneh, hingga “Monster” dengan musik dinamis penuh spirit lewat aksi sang drummer. Dan semakin lama mendengarkan lagu-lagu Ellegarden malah membuat semakin demen saja.  Hahaha..
Tidak terasa koleksi lagu-lagu Ellegarden sudah berjubel banget. Sesak penuh mengisi playlist loh. Mulai dari album pertama hingga terakhir nggak ketinggalan didownload. Super deh! Nggak mungkin dibahas semua disini dong. Hahaha.. Bisa capek nih nulisnya. Tapi, kita review saja beberapa lagu yang menjadi andalan penulis dalam mengenalkan Ellegarden ke orang lain. Fuih.. Promosi..Promosi..!!
Kita mulai dengan yang menggebu-gebu dulu. “Marie” jelas tidak bisa didengarkan sebelah telinga. Begitu mulai, langsung deh Hosomi bernyanyi agak sedikit menggantung dan menahan suara. Kemudian baru diledakkan benar-benar ketika memasuki verse dan semakin booming saat reff. Gitar dan drum yang serasi diperdengarkan sejak awal lagu. Sedikit dibuat berirama statis di awal dengan tempo sedang, kemudian menggebrak mulai verse hingga akhir. Liriknya sendiri memiliki cerita yang unik. Sebuah lagu yang diperuntukkan untuk seorang bernama Marie. Terdengar jelas berkat lafal prima Hosomi di reff.”TV Maniacs” dibuka dengan kekuatan rhytm gitar yang punk banget. Memakai nada-nada yang terasa monoton di awal hingga akhirnya berubah menawan habis-habisan di reff.
Jangan ketinggalan sama “Good Morning Kids”. Menawarkan lirik yang penuh pesan walau agak sedikit ngaco. Mengenai seseorang yang berharap anak-anaknya tidak bertambah dewasa sehingga tetap bisa hidup ceria penuh kepolosan tanpa dipengaruhi kebusukan dunia, yag telah mengubah orang tersebut. Walau memunyai lirik sarat makna dan cukup sedih, tapi tidak serta merta membuat Ellegarden memainkannya secara slow. Justru mereka malah berani menghadirkan musik impresif khas punk rock. Hasilnya? Hmm.. Dua jempol deh. Sementara itu, pada “Lost World” lagi-lagi Ellegarden berhasil memberikan stimulus penyemangat bagi para pendengarnya. Terutama pada bagian intro dan verse yang menonjolkan gitar yang menemani suara ‘motivator’ Hosomi. Serasa membuat kita ingin berlari-lari mengejar maling yang mencuri pacar kita ( Nggak ada perumpamaan yang lebih keren apa? -_- ).
Di awal menggebrak, lalu seketika berubah sedikit santai dengan alur nada agak tenang. Itulah lagu “Oyasumi”.  Bagian reff benar-benar menggambarkan lagu ini seutuhnya. Suara sang vokalis yang beberapa kali nyaris melengking di reff serta kata-kata ‘Sayonara..Oyasumi..’-lah penyebabnya. Laksana memberi kesempatan kepada orang yang kita sayangi untuk beristirahat sejenak di malam hari. Dan bisa berjumpa kembali di hari yang baru. Wuih.. Sok-sok bisa bahasa Jepang aja. (Ngenet dong! Cari translate-nya!!). “Koukasen” malah sebaliknya. Kesan ringan dan easygoing malah terasa di awal lagu yang mengadalkan suara lirih Hosomi serta petikan gitar saja. Berbeda 180 derajat begitu sampai di klimaks lagu. Keempat personil Ellegarden memainkan instrumen masing-masing dengan semangat anak muda yang membara, terutama untuk sang drummer Hirotaka. Mantep abiss pokoknya! Tubuh rasanya bisa berherak sendiri mengikuti gebukan Hirotaka yang kali ini sangat powerfull.
Pernah dengan band bernama The Pillow? Nah, Ellegarden pun turut menyanyikan salah satu lagu band kawakan itu yang berjudul “Funny Bunny”. Wuss… Lagu yang awalnya terasa enak buat teman minum teh berhasil digubah sedemikian rupa menjadi sangar. Lebih enerjik dan terasa lebih muda. Dari opening samapi endingnya nggak ada celah buat bersantai. Pendengar dibuat untuk jingkrak-jingkrak sepanjang lagu.
Fuih.. capek juga ya.. Sekarang coba banting setir ke lagu-lagu yang agak slow. Untuk ini, “Middle of Nowhere” tidak bisa dikesampingkan. Kesan anak punk Ellegarden serasa luntur di lagu ini. Permainan instrumen yang tidak terlalu banyak dan tidak menonjol. Lebih mengandalkan Hosomi yang juga bernyanyi penuh penghayatan seperti singer lagu ballad. Bisa dibilang, musik yang dipancarkan sesuasi dengan judulnya. Terasa tidak berada dimana-mana. Hampa. Alone..Alone..Alone..Kayak Squidward pas kesasar di dunia Alone itu. Hehe.. Lho? Kok malah ngomongin kartun Spongebob sih. Waduh..waduh..
Masih kurang? “Hana” siap membuktikan kekuatan Ellegarden tidak hanya dalam musik nge-beat saja. Agak mendayu-dayu pun bisa dilakukan dalam lagu ini.  “Insane” pun bisa jadi opsi lagin. Intro saja memakai petikan gitar akustik yang langka banget bagi band macam Ellegarden ini.  Juga muncul melodi-melodi dari keyboard yang membacking Hosomi, walau nggak terlalu ketara sih. Agak ke tengah, suasana tambah rame. Drumdan bass nggak mau diam saja dong. Tetap beraksi tanpa meninggalkan kesan mendayu yang dibangun sejak awal lagu.
Dan lagu paling menyentuh dari Ellegarden menurut ane dipegang “Yubiwa”. Desahan Hosomi di awal sudah membuat kita untuk siap mengelus dada. Dari verse hingga bridge, hanya gitar dengan minim nada dan variasi yang menemani suara parau Hosomi. Benar-benar menggambarkan kesepian banget. Memasuki reff, drum memberanikan diri mewarnai lagu. Tapi malah makin menambah sense lagu yang galau abis. Bagian favorit tentunya pas Hosomi bernyanyi dengan tempo lebih lambat dan lirih setelah reff kedua. Dan setelah itu, tiba-tiba tabuhan drum mengisi bersama bass yang akhirnya kerasa juga. Hosomi pun dengan segera agak meningkatkan tempo serta tinggi nadanya. Wahh.. awesome deh.. Liriknya sendiri bercerita tentang seseorang yang menantikan kembalinya gadis kesayangannya. Kepergian sang gadis yang sangat lama itu tidak membuat si cowok putus asa. Ia terus menunggu, menunggu, dan menunggu. Bahkan ia telah memberikan cincin yang kelak ingin ia berikan kepada gadis tersebut. Tapi karena saking lamanya gadis itu pergi, cowok tadi bahkan sudah lupa berapa ukuran jari cewek tersebut.. Arrghh!! Hebat juga Ellegarden bisa memadukan lirik dan nada yang sama-sama menyayat hati.
Sekarang waktunya masuk ke best song. Untuk Ellegarden, terasa sulit menentukan manakah yang terbaik. Masing-masing berhasil memukau dengan kekuatan sendiri-sendiri. Tapi berdasarkan selera penulis, pilihan akhirnya jatuh ke “Make A Wish”! Wah… Plok..Plok..Plok!! Lagu ini memiliki durasi yang tidak terlalu lama. Tetapi kekuatan terbesarnya ada pada pemilihan kata pada lirik lagu yang benar-benar ciamik. Lirik yang simpel tapi sarat makna. Mengenai seseorang yang bisa tegar dalam menghadapi perpisahan dengan teman-temannya. Dan ada  pengharapan agar semua bisa baik-baik saja. Cocok banget nih buat perpisahan sekolah. Nilai plus lain, nada yang digunakan sungguh berhasil membawa pendengar merasakan apa artinya perpisahan itu. Ditambah lagi kehadiran backing vocal yang perfect banget membantu Hosomi pas bagian reff. Ajib dah… Eit.. Ada tapinya. Lagu yang masterpiece ini sebenarnya cocok diakhiri secara baik-baik alias melow saja. Tapi kemudian menjelang akhir-akhir malah menjadi menggebu-gebu dan terasa terlalu rame untuk awal yang begitu sempurna ini. Meski begitu, secara keseluruhan ini lagu tetap the best kok!!
Walah..walah.. Sebenarnya masih banyak lagi tuh lagu Ellegarden yang keren-keren. Tapi mungkin segini saja sudah cukup untuk menunjukkan siapa mereka sebenarnya. Nih bisa dibilang salah satu dari Empat Band Favorit ane. Yang tiga lain masih dirahasiakan. Hehehe..
Sayangnya dibalik sukses Ellegarden yang moncer itu, berita buruk menerpa nih. Sudah beberapa tahun ini Ellegarden berada dalam kondisi tidur panjang, alias… HIATUS!! Entah apa yang membuat keempat personilnya untuk beristirahat meninggalkan Ellegarden. Padahal lagu-lagu mereka selalu menarik didengarkan. Entah sampai kapan kondisi hiatus ini akan terus berlangsung. Belum ada keterangan pasti dari pihak Ellegarden. Yach.. Kita doakan saja semoga keempat musisi handal ini bisa bersatu kembali dan menghidupkan lagi Ellegarden dari mati suri.
-Make a wish ,easy one ,that you’re not the only one. Someone there next to you holding your hand..-
Ellegarden, Make a Wish..